Kemangi

di satu waktu yang entah kapan, aku berlari menyusuri pasar untuk membeli daging ayam yang akan kugunakan untuk membuat resep makanan baru. aku mendapatkan dada ayam dengan susah payah. lalu aku berlari lagi untuk mencari sayur mayur pelengkap ayam tersebut. resep masakan itu ayam yang sudah kubeli akan kubuat fillet dan di rendam dalam bumbu garam sampai meresap. lalu aku akan menambahkan saus yang terbuat dari kunyit, lada hitam dan daun kemangi. karena itu adalah bumbu kesukaan aku. tapi setelah lama mencari di pasar, aku tak menemukan daun kemangi itu. lalu aku pulang.

di rumah aku tak langsung memasak, tapi pergi ke kebun belakang untuk mencari daun kemangi. saat sampai di kebun aku hanya bisa melintas sampai susukan, atau sungai kecil belakang rumah, selepas itu, sekitar kami di kelilingi oleh pagar berduri. aku terheran-heran lalu bertanya pada ibuku mengapa kita tidak boleh pergi ke kebun belakang. ibuku menjawab kalau sekarang pemerintah membatasi gerak kita. bukan hanya keluargaku saja, tapi semua orang di komplek. orang-orang jadi tak bisa menggunakan mobil karena pagar berduri itu.

aku mengambil kemangi yang tumbuh diantara pagar itu, tapi aku malah tidak mengambil daunnya, melainkan bijinya. aku berpikir, di tanah yang sudah sedikit ini, aku harus banyak menanam pohon. tapi lama-kelamaan aku melihat beberapa prajurit saling menembak di kebun belakang. menggunakan senapan semi otomatis m16 menerjang rerumputan dan satu-persatu tumbang. aku sadar kalau ini adalah perang!

genting, saat mereka berperang, dan menembakan timah panas, aku menggali tanah dan menanamkan biji kemangi itu. sebagian aku lempar ke sembarang tempat. saat akan pulang ke rumah, aku melihat sebuah mobil yang menabarak-nabrak pembatas jalan. mereka berusaha melarikan diri. tapi aku yakin mereka tak akan bisa melarikan diri. lalu mobil itu memutar arah menabrakan ke kawat berduri. mereka terus melaju menghadang kawat berduri berharap kawat itu putus. tapi akhirnya mobil itu tersangkut, dan tidak bisa bergerak. pun dengan orangnya yang tak bisa keluar dari mobil itu.

situasi sedang genting. perang ini tidak benar. aku lalu sampai di rumah dan mengabari keluargaku yang lain untuk segera mengungsi. keluargaku memiliki sebuah portal yang akan mengirimu ke ruang dan waktu yang berbeda. seperti barqha. aku tak pernah menduga memilikinya di kamar belakang. kami semua berkumpul. wajah ibuku tampak sangat tabah. lalu aku mencoba memasuki portal yang seperti cermin itu. ada pantulan kilatan minyak di hadapanku. lalu aku mencoba memasuki portal tersebut. tapi lalu aku ke luar di waktu dan tempat yang sama.  portal ini tak berfungsi padaku. lalu aku menyuruh kedua adikku yang masuk terlebih dahulu. dan mereka akhirnya terkirim ke tempat dan waktu yang akupun tak tahu.

tinggal aku, ibuku, ayahku, dan kakakku. ayah dan kakakku menjaga di luar kamar, sementara ibuku masih terduduk. belum sempat kami semua mengambil giliran, tiba-tiba sebuah granat meletus di sekitar kami dan menimbun portal itu. kulihat beberapa prajurit yang entah lawan atau kawan berlari ke arah kami. kakak dan ayahku berlari meninggalkanku. lalu aku berlari ke luar mengambil arah yang berbeda dengan mereka. sementara aku tak tahu apa yang terjadi pada ibuku.

lalu kami berkumpul di sebuah lapangan udara. aku melihat bayak sekali orang dengan etnik yang berbeda menaiki pesawat yang tentara bilang ini adalah evakuasi terakhir menuju tempat yang aman. aku tahu, saat keluargaku mencoba menggunakan portal di rumah, masyarakat di dunia berbondong-bondong menaiki pesawat evakuasi itu. sementara aku diam di balik balok kayu logistik melihat tentara-tentara dan mengamati apa yang sedang terjadi di sini, siapa kawanku, siapa tentara itu, apa yang mereka lakukan di sini, apakah mereka lawan yang akan memusnahkan umat manusia... aku masih terdiam dan berpikir.

aku mengamati para tentara-tentara itu berlatih menggunakan teknologi canggih, seperti sepatu jet yang bisa terbang... aku melihat tentara itu mendarat dekat denganku menimbulkan medan yang hampa udara lalu menghembuskan angin seperti letusan  yang menerbangkan dedaunan dan debu ke mukaku. aku lalu berdiri untuk melihat ada apa lagi di luar sana, aku berjalan menyusuri aspal hitam. ada banyak orang yang tertinggal evakuasi terakhir ini. mereka tampak gelisah, dan sebagian tetap tegar.

di lapangan rumput aku melihat orang-orang dari berbagai usia menerbangkan layangan naga berwarna merah yang memerlukan sekitar 20 orang untuk memegang tali yang berbeda dan mengendalikan layangan itu. aku terpana melihat naga di langit yang terbang. lalu beberapa orang di antara mereka terangkat dan ikut terbang bersama naga itu. inilah awal mula dari manuver naga itu. tapi orang yang paling ujung memotong tali dari layangan dan dia terbang bersama layangan itu. ia melarikan diri.

aku sadar ini adalah bentuk pemberontakan. orang itu adalah penyusup. pangkalan udara ini bukan milik kawan kami. kami hanyalah domba yang digembalakan, mereka menutup semua info dari luar. kami terisolasi di sarang lawan ini. pangkalan udara lawan. mengapa? apa yang terjadi di dunia luar?

lalu orang yang melarikan diri dengan layangan itu ditembak dan meledak di udara menimbulkan awan api yang bermekaran di langit. warga sipil mulai panik dan berlarian di sekitarku. mereka juga mulai sadar apa yang sedang terjadi di sini semenjak melihat insiden penembakan layangan itu. aku melihat seorang ibu dengan mantel bulu menangis sambil mendorong kopernya. matanya sipit dan memerah karena menangis. ia tak berlarian seperti sipil lainnya yang mulai gila. ia kebingungan di antara tentara yang mulai menembaki sipil yang memberontak itu.

aku lalu memeluk ibu itu dan bertanya, apa yang terjadi. ia lalu menjawab aku tak terbawa dalam evakuasi terakhir tadi lalu terjebak dalam peperangan ini di sini, aku bingung. ujarnya. aku lalu melihat wajahnya dan meyakinkan, beruntung anda tidak ikut dalam evakuasi penyelamatan tadi, jika ya, mungkin anda sudah sudah meledak bersama dengan pengungsi yang lain. itu bisa jadi tipuan lawan.padahal aku sendiri tidak tahu akan di bawa ke mana para pengungsi itu. tapi aku begitu yakin kalau pesawatnya lalu dihancurkan di langit.

aku kehilangan ayah, dan kakakku di pangkalan udara ini. lalu bertemu lagi dengan seorang wanita yang masih muda mengenakan pakaian putih dengan motif jingga dan pink sangat indah. lalu ia bertanya 'kau akan pergi ke mana?' aku lalu menjawab 'aku tidak tahu'
'kau tidak memiliki tujuan'
'aku ingin dunia tahu kalau di tempat yang terisolasi ini sedang ada perang, jika saja ada wartawan yang meliput saat ini,, aku ingin sekali berteriak di depan lensa kameranya "jangan tutup mata kalian! di sini sedang perang! tolong.. tolong kami!"' lalu aku menangis sambil berlari. wanita itu juga masih berlari di sampingku
'ikuti aku. aku tahu tempat persembunyian yang baik di sini' ia berkata padaku
lalu aku berhenti di persimpangan jalan seolah sedang berpikir
'yakinlah padaku' ia lalu mengguncangkan bahuku

disaat yang sama aku melihat ayah dan kakakku di lawan arah lalu berbelok di persimpangan jalan yang lain terhalang oleh kawat pembatas. aku ingin sekali kembali berkumpul dengan mereka dan meraih mereka. tapi aku berpikir kalau aku lebih harus menyelamatkan pangkalan udara ini dan wanita tadi menarik tanganku dan aku mengikutinya.

kami berlari ke sebuah gedung yang banyak sekali penjaganya. tapi ia dengan cerdik menghindari para penjaga itu dengan mudah. dan kami mulai menaiki gedung itu. kami seperti memiliki lompatan anti-gravitasi dan mampu melompat jauh sekali. tapi pada saat terakhir ketika aku mendaki gedung menapaki alur melintang gedung tersebut. kekuatan anti-gravitasi itu hilang. paru-paruku berat sekali, kakiku juga ikut berat. aku bersusah payah menaiki gedung ini dan sesekali menggelantung sementara kakiku meraih-raih pijakan yang tiba-tiba sangat sulit. sementara wanita itu terlihat sangat ringan dan mulai mencapai puncak gedung itu. rambutnya keriting tersibak oleh angin memperlihatkan mata rusanya dengan bulu mata yang panjang dan lentik. ia begitu tangguh. saat melihat wanita itu mencapai puncak, aku lagi-lagi kehilangan pijakanku dan tanpa sengaja menjatuhkan pipa besi yang berada di pegangan tanganku.

TRANG... TRANG... TRANG... pipa itu membentur dinding dan lantai gedung lainnya. lalu kulihat di bawah ada seorang penjaga yang melihatku, dan ia ikut menaiki gedung ini juga. ia sangat cepat dalam mendaki dan aku berharap wanita itu mau menembak penjaga di belakangku. sementara aku kesulitan untuk mendaki. aku tahu wanita itu akan menunggu penjaga itu sampai naik ke atap gedung lalu menghabisinya daripada menembaknya saat mendaki dan terjatuh ke bawah lalu akan ada banyak penjaga yang naik ke sini.

aku ditolong wanita itu dan melompat ke atap gedung mengambil posisi siap untuk menarik penjaga itu, sementara wanita tadi berlari mencaari jalan keluar yang tersembunyi. angin lagi-lagi menyibak rambut bergelombangnya dengan indah saat ia berlari. tak lama dari itu kulihat penjaga tadi mulai naik ke atap gedung. aku lalu memukul perutnya dengan telapak tangan dan mencakar perutnya lalu menarik kulit perutnya seperti memelintir dulu lalu aku menggenggam perutnya dan menariknya. ia kesakitan dan membungkuk memegangi perutnya. kepalanya plontos aku tak bisa menjambaknya jadi kutarik telinganya dan membenturkan kepalanya ke tembok, ke siku tembok, ke besi... aku terus membenturkan kepalanya, tapi ia tak kunjung mengeluarkan darah. prajurit macam apa ini pikirku.

wanita tadi melihat aku kesulitan menghadapi prajurit itu, lalu ia menyalakan sebuah generator dekat denganku, lalu ia memegang tanganku, 'hentikan menyiksa prajurit itu! akhiri ia segera...'
aku melihat mata prajurit itu mulai sayu, aku menyeret tubuh tinggi besarnya dekat dengan generator itu dan mendekatkan kepalanya ke pulley yang berputar dengan kencang. lalu melemparnya, dan aku memejamkan mata. dia adalah orang pertama yang aku bunuh. dia adalah orang pertama yang aku bunuh. aku adalah pembunuh.

lalu wanita itu kaget dan berkata 'aku salah! aku salah menyalakan generator itu. penjaga yang lain akan menyadari kalau kita berada di sini!' benar katanya, tak lama kemudian para penjaga mulai datang mengepung kami.

kami berlari berusaha menghindar. inilah kegentingan yang terjadi saat semuanya sangat genting. pergelangan tanganku dipegang wanita itu, ia terus berlari dan aku mengikutinya. ia berkata 'kau temuilah pimpinan smoke weed, katakan padanya kau membawa pesan dari siberisnow bahwa gerilya harus segera dimulai'

masih banyak pertanyaan yang berkemelut di otakku. siapa wanita ini, siapa smoke weed. gerilya melawan siapa. ini perangnya siapa? belum sempat aku bertanya pada wanita itu

'laksanakanlah tugasmu, aku akan mengatasi prajurit itu.' wanita itu dengan berani mengatakannya padaku.

ingin sekali aku mencegahnya berkata seperti itu dan aku akan bersamanya menghancurkan semua penjaga itu. tapi ia lalu melemparku ke tembok gedung, dan tubuhku seolah terpecah menjadi molekular yang jauh lebih kecil dari nano menembus tembok melalui pori-pori yang tak terlihatnya, lalu jasadku berkumpul kembali menjadi satu di sisi lain tembok ini.

tampa sempat aku bertanya mengapa hal ini bisa tejadi, aku lalu memegang tembok belakangku tepat sebelum terjun bebas ke dasar. posisiku memunggungi tembok gedung dan badanku menghadap gedung lainnya. aku kaget sekali. lututku gemetar dan tanganku berkeringat licin. aku hampir melepaskan genggamanku lalu menggeser peganganku mencari pegangan yang belum basah oleh keringat di tanganku. apa yang membuatku terus bergerak adalah menghindari jatuh karena tanganku terus berkeringat.

aku lalu dekat dengan riuh rendah di atap gedung. di gedung tempatku bergelantung ada beberapa pemuda dengan parka dan cerobong rokok di tangannya. ia menghembuskan asap dari lubang hidung dan mulutnya. ia tampak seperti pimpinan dari kelompok pemuda itu. sementara di gedung lainnya adalah warga sipil yang memprotes pemuda itu dan mengepalkan tangannya juga menuduh langit di atasnya. suara mereka ricuh sekali. tapi pemuda parka itu malah menaikan satu kakinya ke bibir gedung dan menghembuskann asap lagi.

sepertinya cara itulah pemuda itu menanggapi amarah sipil. lalu keberadaanku disadari oleh beberapa orang, hingga kedua kubu malah meneriaki aku yang sedang setengah mati berusaha menempel di dinding gedung ini. pemuda parka itu... mungkin smokeweed ujarku dalam hati. ia lalu melempariku dengan bola-bola rumput tapi meleset dan ia mengaktifkan trigger nya lalu bola rumput itu terbakar. smokeweed lalu melemparku bola rumput itu lagi, hampir mengenaiku. tapi aku tepis ke udara hingga menjadi serpihan serat rumput, ia lalu mengaktifkan triggernya dan WUSSS semua serpihan rumput itu terbakar di langit sore seperti bintang bercahaya. aku semakin panik. dan terus bergerak, aku melihat senyum di wajah smokeweed dan ia tidak melempariku dengan bola rumput itu, melainkan meniupkan serpihan serat rumput itu ke arahku. gawat.. gawat.. serpihan rumput akan lebih sulit aku tangkis.

benar saja, serat rumput yang terbawa angin itu lalu mendarat di tanganku, kepalaku, rambutku, pakaianku, bokongku. lalu terbakar di tempat itu juga menimbu;kan rasa menggigit yang panas di kulitku. aku sudah tak aman menempel di tembok ini. lalu angin berhembus ke arah smokeweed. tanpa pikir panjang aku melompat ke gedung lainnya dan rumputnya akan lebih sulit menjangkauku di sini. aku melata di dinding sebrang dan warga sipil menolongku menaikinya.

aku dengan berani lalu berdiri di hadapan smokeweed di gedung yang berbeda. warga sipil mengelu-elu kan diriku. lalu aku bertemu ayah dan kakakku di sana, mereka memegang pundakku dan memberikan dukungannya padaku.

ego dari smokeweed begitu besar, ia seperti gila hormat. aku tahu itu. oleh karena itu di bibir atap gedung ini, aku lalu memberikan sembahku kepadanya. semoga aku berlutut di hadapan orang yang dimaksud siberisnow. semoga saja aku tidak lantas ditembak. semoga saja semuanya yang aku lakukan adalah hal yang benar.

'salamku padamu, smokeweed' lalu pemuda di sekitar smokeweed sedikit tercengang aku mengatakan namanya. mungkin selama ini ia menyembunyikan namanya. lalu pemuda-pemuda itu menodongkan senjatanya ke arahku. warga sipil di belakangku jadi riuh bertanya-tanya, siapa aku.. dan siapa pemuda itu sebenarnya. sementara ayah dan kakakku memaksaku untuk menghentikan sembahku, dan mengangkat lututku. ia tahu kalau aku sedang dalam bahaya.

lalu smokeweed memindahkan cerutunya ke tangan yang satunya lagi dan tangan yang tadi mengangkat ke udara menandakan kalau ia tidak ingin aku ditembak oleh bawahannya.

'apa yang kau lakukan di sini?' smokeweed terus bertanya kepadaku
tapi aku lalu balik bertanya 'aku yang harusnya bertanya kepadamu, apa yang kau lakukan di sini? 'bermain' dengan warga sipil yang tidak bersalah? kau seharusnya sadar perang sudah dimulai'
'lancang sekali kamu! ini semua bukan salahku. lihat apa sudah aku persiapkan untuk perang ini' ia lalu meremah rumput lalu menebarkannya ke udara 'rumput ajaib hasil reka ulang genetik... saat kau menghembuskan udara dari mulutmu seperti ini' ia mempraktekannya 'mereka akan terbakar di angkasa' lalu daun-daun itu benar-benar terbakar di angkasa seperti tadi. 'bayangkan apa yang kita perlukan untuk meluluh lantakan pangkalan ini? kita hanya hanya perlu 7 atau 8 truk rumput seperti ini.!' ia masih saja mengoceh, aku malas sekali mendengarkannya mengoceh seperti itu

'smokeweed aku membawa pesan dari siberisnow kalau gerilya harus segera di mulai' aku sedikit berteriak dan menekankan suaraku. dan akupun mulai berpikir, bagaimana siberisnow mempeprcayakan kepemimpinan kepada pemuda gila yang suka meracau itu

ia lalu membeku. 'darimana kau tahu siberisnow?' wajahnya merah dan keheranan
'ia membawaku dan menyuruhku menyampaikan pesan ini'
'di mana ia sekarang?' ia bertanya
'ia bertempur dengan ratusan penjaga tepat dibelakangku'

'kau harus tahu, anak kecil!!! gerilya ini belum siap untuk dimulai! kita masih harus mengembangbiakan rumput catragen yang bisa meledak ini. kita memerlukan lahan untuk itu, dan lihat apa yang mereka lakukan? mereka membatasi gerak kami! mengambil tanah kami, dan menebang pohon siap panen kami! darimana kami bisa mendapatkan 8 truk daun catragen ini? JAWAB PERTANYAANKU!!' ia berteriak kepadaku. wajahnya merah padam, entah marah atau malu pada kinerjanya. tapi kurasa kehadiran siberisnow  sangat penting bagi smokeweed

ia lalu melihat langit seolah memohon tuhan menurunkan pertolongannya. senja itu mendung sekali
'lagian... sekarang musim hujan...' ia menadahkan tangannya ke udara.. setetes dua tetes hujan turun ke telapak tangannya 'api akan segera padam oleh hujan ini' matanya berubah menjadi sendu kelabu.

akupun mengiyakan 'betul, kalau hanya rumput catragen yang bisa terbakar. oleh airpun ini semua akan padam' aku juga bingung. kebingungan yang sama dengan smokeweed bagaimana cara memulai gerilya ini.

aku menatap wajahnya sementara hujan semakin lebat, ada air mata yang tersamar oleh hujan di pipinya, di pipiku, di pipi warga sipil itu.

Comments

Popular posts from this blog

WARJOK : great place to remember

pengalaman ke Giggle Box jatinangor

Sumedang Larang