Apologi

Profil Motor:
Kawasaki Kaze 130cc

tanki depan, warna merah,
no lamp, no key, no accu, no horn, no panyelahan, no speedometer, no standar 2, no plat nomer, rem ngelos,  rantai logor, no spion kiri,

bayangkan motor tanpa alat-alat keamanan seperti itu. rasanya aku sedang mengendarai kendaraan mautku, mengantar jemputku dan tanpa kusadari tiap serpih detik, nyawaku berada di atas dua roda.

tadi sore, dua jam yang lalu. seorang pria tua pengendara motor berusaha menyalip truk, aku mengikutinya dari belakang. aku melihat di arah berlawanan beberapa motor juga berniat untuk menyusul kendaraan.

aku berada sejajar dengan truk tersebut. pria tua itu meragu untuk menyusul truk, padahal sudah di tengah jalan. rem motor ku ngelos, jujur. tapi masih ada kemungkinan memperlambat jalan motorku, tapi kemungkinan lain aku menabrak motor pria tua itu.

ketika aku melihat  ada sedikit celah yang bisa ku ambil di antara pria tua itu dan mobil truk, aku gas habis motorku. dan aku melalui mereka. mungkin alangkah baiknya aku memberi klakson atau peringatan kepada pria tua itu. kau tahu sendiri, kan. motorku tak punya klakson.

beberapa ratus meter dari lokasi kejadian. pria tua itu membentak bentak dari kejauhan. "goblog kamu! goblog kamu! turun kamu!" aku tidak sadar pria itu berbicara kepadaku. aku melihat ke pinggirku dan tersenyum kepada pria tua itu. dan sadar *oh, itu bapa yang tadi saya siap di jalan*

"..... ..... goblog, ternyata perempuan kamu! kalo bukan perempuan saya suruh turun kamu! saya gorok leher kamu!.. .... . nyupir itu harus aturan, goblog!"

saya tidak mendengar kata lain selain kata itu karena bisingnya kendaraan. aku tersenyum. kalian tahu, kan aku ternyum ketika kebingungan dan ketika tak tahu apa yang harus saya lakukan, setahu saya senyum adalah hal yang baik.

aku mencerna semua hal. aku merasa bersalah. mungkin aku harus dihukum karena menggunakan motor tanpa perlengkapan. kalau aku salah, aku harus dihukum. begitu, kan keadilannya? apalagi yang pria itu mau adalah menggorok leher saya, kalau saya bersalah dan itu adil. kenapa tidak?

tapi nyatanya saya tak pernah merasa beruntung menjadi seorang perempuan jika pria tua itu mengatakan
" kalo bukan perempuan saya suruh turun kamu! saya gorok leher kamu!". apa Allah akan mengatakan hal yang sama kepada saya? apa bagi Allah sangsi dibatasi jenis kelamin? aku tahu manusia adalah pemaaf, dan Allah adalah maha pemaaf. tapi konsekuensi harus tetap ada, kan? itu mengapa ketika qisas leher diberikan, meski keluarga korban memaafkan, hukum tetaplah hukum, kan?

kejadian itu -sudah kubilang- seperti serpih detik saja, kita bertemu dan berpisah dalam waktu yang sekejap. jika ada kesempatan bertemu lagi, saya ingin meminta maaf kepada pria tua pengendara motor itu. maaf.. maaf... maaf

Comments

Popular posts from this blog

WARJOK : great place to remember

Sumedang Larang

I not supid