Wacana Full Day School

masih dengan perasaan aku mesti nulis, tapi makin aku nulis makin aku ketauan begonya. semakin kelihatan otak ceteknya, apalah dayaku yang doyan nulis buku harian doang dan tema buku harianku nggak banyak cerita, cuma ada dua tokoh aja di situ. wkwkwk. aku dan dia. idih.



jadi, baru-baru ini aku baca berita tentang wacana sekolah sehari penuh yang diusulkan Pak Rustam Effendi sebagai mendikbud pengganti Pak Anies. entah kenapa, aku sedikit mual kalau dengar full day school.

jujur, full day school itu lelah! apalagi kalau belajarnya hal-hal yang nggak kamu sukain. full day school is a prisoooon! aku bukan bicara ini sebagai pakar pendidikan yah! tapi sebagai m.. mantan... eh, alumni full day school. iya, dulu gimana lagi sih orang tua dua duanya sibuk kerja jadi aku dititipin di sekolah, yang kebetulan sekolah itu masih rintisan. kakaku masuk angkatan pertama di sekolah itu, angkatan pertama itu ada 9 orang mulainya dari kelas 3 kalau nggak salah. sementara kakaku kelas 3, aku ikut taman kanak-kanak yang sama full day juga.


full day school is a prison untuk beberapa anak sebangsa aku yang lebih doyan main di sawah, atau lari-larian. untuk beberapa anak yang emang tekun belajar dan suka belajar itu surga sih. waktu sd juga aku suka main di sawah sebenernya. aku suka sekolah karena di sana bisa main bukan bisa belajar. wkwkwk. Homo Ludens.


full day school is a prison, apalagi ketika satu kelas kamu cuma ada 13 orang dan kamu bikin masalah, yang bikin temen temen sekelas musuhin kamu. main hasut hasutan. nunggu waktu pulang yang lama. pengen balik rumah buru-buru, tapi kamu tau di rumah sepi banget, mamih papih belum balik kerja. :(


full day school is a prison kalau kamu sadar, kamu cuma jago main bancakan atau kasti tapi guru penjasmu pilih kasih. wkwk. is a prison when you're not good in memorizing Quran while your friends sudah sampai juz 28. people may think i'm smart but i have no interest. semua yang aku sukain nggak ada pelajarannya. pelajaran mengajul mangga tetangga... hehe pelajaran metikin cabe di kebun orang.... hehehehe


untuk interaksi dengan orang tua, selama full day school. yah, alhamdulillah si mamih ngajar di SD, kadang ketemu kalau ngajar IPS atau PPKn. kalau sama babeh. wkwk jangan tanya deh. manusia sibuk. tapi kadang nyempetin ngajar matematika di rumah, yang masih inget sih ngajarin micendemedaheki nya. lebih gampang dari desi beli kucing desi beli kucing. (mm cm dm m dam hm km)

 sebagai calon orang tua. *uhuk padahal masih jomblo, nikah aja belum wkwk. aku memahami bagaimana optimisme pak mendikbud dalam mengarahkan pergaulan anak dalam lingkup sekolah. full day school nggak ada salahnya kalau anaknya suka :v, karena yang mau sekolah ini kan anaknya bukan bapaknya.

nggak ada salahnya ya full day school, selama guru bisa meng-counter ke majemukan anak-anak didiknya. kemajemukan orangtua didiknya yang kadang banyak maunya. haha nggak kebayang kalo aku jadi wanita karir pas anak anaknya masih pada belom bisa jalan udah ditinggalin sama yang ngasuh. tapi who know, Rasulullah juga dititipkan sama ibu susunya selagi kecil, kan? lalu dengan kakek dan pamannya. bahkan tak pernah tau bapaknya, ibuknya meninggal selagi ia muda.

hmm, kita adalah ujian bagi orang tua kita. anak kita adalah ujian bagi kita.

memikirkan bagaimana kelak buah hati nanti sekolah aja udah pusing, mau full day, atau yang sampai jam 10? atau home school aja? kalau aku maunya home school aja, pakai kurikulum bangsa finlandia. wkwkwk. gaada pr. iya, itu kalau aku jadi anak sekolah lagi. bukan buat anak ku nanti. anakku mah gatau... hehehe.

jika memang pak menteri merasa bertanggung jawab untuk pendidikan anak bangsa, ketahuilah tidak semua hal bisa dipelajari di bangku sekolah. aku lebih suka lihat anak main bola di lapangan, tapi kalau di jakarta, anak mau main di mana? betul kan pak? paling main di jalan raya depan rumahnya, makanya sekarang ngetren senetron anak jalanan. karena memang begitu potretnya. kita ngga bisa bebanin semuanya sama guru di sekolah. guru juga punya keluarga, punya anak-anak kandung dan anak angkat yang harus ia bimbing.

seprambanannya... eh se yogyanya manusiamah mahluk yang tak akan pernah berhenti belajar. sampai tua sekalipun. sampai masuk liang lahat sekalipun. dan barang kali pelajaran paling penting dalam hidup mah bukan 1-1=0 atau 1+1=2 karena kadang logika matematika nggak berlaku di kehidupan. seperti ketika kita membagi kebahagiaan, niscaya akan bertambah bukan berkurang. wkwkwk.

Comments

Popular posts from this blog

WARJOK : great place to remember

pengalaman ke Giggle Box jatinangor

Sumedang Larang