Neokolonialisme Era Reformasi

Secara bahasa, neokolonialisme berarti penjajahan dengan cara baru baik di bidang ekonomi, politik maupun kebudayan. Hal ini bisa berupa bantuan dari negara lain yang terlalu mengikat, sehingga menimbulkan sebuah penjajahan yang bisa tanpa disadari.
judul essay ini memang terdengar janggal, karena di-era reformasi ini kolonialisme telah dihapuskan berpuluh-puluh tahun yang lalu. Tapi, tidak menutup kemungkinan bahwa negara yang telah merdeka dapat kembali terjajah. ketahuilah, semenjak arus global memasuki negara kita, kolonialisme yang dulu, telah jauh berubah menjadi suatu bentuk penjajahan yang baru.
Sekarang, banyak negara maju yang mengatas namakan kerjasama dalam berbagai bidang, untuk mendapatkan keuntungan. Dari keuntungan tersebut, terdapat bagi hasil, tapi untung yang didapatkan oleh kita kurang dari seper nol koma dari keuntungan yang mereka dapatkan, baik secara materil dan immateril.
Biasanya, yang menjadi sasaran utama dari neokolonialisme ini adalah kita, para remaja. Pernahkah anda sadari bahwa anda sendiri mungkin telah terjajah?! Pernahkah anda merasa terjajah oleh sebuah siaran televisi yang tayang diwaktu jam ekstrakulikuler sekolah, sehingga anda sendiri rela mengorbankan kebersamaan di ekstrakulikuler hanya untuk menonton tayangan televisi, yang belum tentu mendidik. Atau untuk mendownload update komik naruto setiap hari jumat, sehingga anda melupakan kewajiban anda untuk solat berjamaah di masjid. Dan masih banyak lainnya.
Kita ambil contoh kecil yang keberadaannya sudah tidak aneh di dalam kehidupan remaja. Handphone, atau akrab dipanggil HP. Pertanyaannya adalah kenapa para remaja sekarang itu begitu ketergantungan HP untuk berkomunikasi? Padahal, ketika dulu, orang-orang tua kita tidak berkomunikasi sebanyak yang kita lakukan di HP, dan semuanya tetap berjalan dengan lancar. Jadi kita cenderung boros, dan konsumtif. Secara tidak langsung, kita dibuat tidak produktif oleh produk-produk yang menjajah tersebut. Padahal, masih ada banyak yang bisa kita lakukan diwaktu luang selain ber SMS ria. Seperti membuat cerpen, mengerjakan PR, dll.
Dari hal sekecil itulah, yang ironisnya dianggap sepele, menimbulkan sebuah perbedaan yang sangat jelas antara seorang yang produktif dan konsumtif seperti kita.
Kesimpulannya, bukan kita tidak boleh untuk memanjakan diri dengan itu semua, tapi kita harus memiliki toleransi yang membatasi itu semua, jangan sampai televisi itu mengendalikan kita! Kendalikanlah televisi itu sebelum mengendalikan kita! Jadi sebenarnya neokolonialisme ini tergantung kepada diri kita sendiri, tergantung kepada bagaimana kita menghadapi itu semua. buktinya saja, suku baduy di pedalaman masih tetap mempertahankan budaya mereka sampai saat ini.

By: KaosKaki X1
CP: jigoku_rs@yahoo.com

Comments

Popular posts from this blog

WARJOK : great place to remember

pengalaman ke Giggle Box jatinangor

Sumedang Larang