Global Warming
“Duh, Panas banget ya hari ini!” Seringkah anda mendengar pernyataan tersebut terlontar dari orang-orang sekitar anda? Ataupun dari diri anda sendiri? Anda tidak salah, data-data yang ada memang menunjukan bahwa bumi tercinta ini terus mengalami peningkatan suhu dari tahun ke tahun. Selain itu, peningkatan suhu tersebut menimbulkan pengaruh terhadap isi dompet anda, karena resiko menuntut untuk menguluarkan biaya tambahan. Yang lebih kompleksnya lagi, yaitu semakin banyaknya bencana alam dan fenomena-fenomena alam yang cenderung semakin tidak terkendali.
Sadarilah bahwa semua ini adalah tanda-tanda yang menunjukan planet yang kita tempati ini sedang mengalami proses kerusakan yang menuju kehancuran! Hal ini terkait langsung dengan isu global yang semakin marak diperbincangkan oleh masyarakat dunia, yaitu global warming (pemanasan global).
Secara singkat, global warming adalah proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut dan daratan bumi.
Tahukah anda bahwa gas rumah kacalah yang bertanggung jawab atas pemanasan yang terjadi di bumi kita. Contoh dari gas rumah kaca tersebut adalah Karbon Dioksida (CO2), Metana (CH4), Nitrogen Oksida (NO), Clouro Flouro Carbon (CFC), Hidro Flouro Carbon (HFC), Dinitro Oksida (N2o), Perluoroukarbon (PFC) dan Sulfur Heksaflourida (SF6). Gas rumah kaca banyak dihasilkan dari peternakan, pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor, pabrik-pabrik modern, serta pembangkit listik. dan manusialah kontributor terbesar dari terciptanya gas rumah kaca tersebut.
Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali dan tanpa disadari kita sering melakukan kecerobohan ataupun kebiasaan yang sangat berdampak terhadap pemanasan global. Contohnya, kita sering membuka pintu lemari es dalam waktu yang cukup lama. Seharusnya kita menyadari sedari dulu bahwa setiap menitnya kita membuka pintu lemari es, dibutuhkan waktu 3 menit dengan energi penuh untuk mengembalikan suhu lemari es ke suhu yang diinginkan. Bukankah energi yang digunakan cukup besar sehingga membuat pembangkit listrik bekerja lebih.
Di kasus yang kedua adalah, kita sudah terbiasa menggunakan kantong plastik atau disebut juga dengan keresek. Kantong plastik itu tergolong “barang sekali pakai” sehingga memperbanyak sampah. Kalau anda belanja bulanan di supermarket, sekali belanja anda akan memakai paling tidak 4 kantong plastik dalam berbagai ukuran. Jakarta menghasilkan sekitar 6.000 ton sampah setiap hari, yang lebih dari setengahnya adalah sampak non-organik terutama plastik dan kertas. Bayangkan seluas apa lahan yang digunakan hanya untuk Sampah kantong plastik yang dibuang di Jakarta dalam jangka waktu satu tahun? Tidak kurang dari 2600 lapangan sepakbola mampu ditutupi oleh sampah kantong plastik tersebut. Lebih dari 60 juta ton bahan plastik diproduksi setiap tahun di seluruh dunia, terutama menjadi kantong plastik. Dan untuk memproduksi 1 ton plastik digunakan 11 barel minyak tanah. Satu lagi yang tidak kita sadari bahwa dalam proses produksinya, kantong plastik menghasilkan emisi gas rumah kaca yang sangat besar.
Untuk mengatasi masalah sampah plastik, seringkali kita menyapu bersih sampah tersebut, dan membakarnya. Walaupun lingkungan kita terlihat indah tanpa sampah, usahakan sampah tersebut jangan sampai dibakar, karena asap yang dihasilkan dari membakar sampah dapat menyebabkan efek rumah kaca. Jadi, lebih baik kita mendaur ulang sampah tersebut menjadi barang yang lebih berguna. Masalah yang kita hadapi selanjutnya adalah, hanya 1% kantong plastik bekas yang dapat didaur ulang, terutama karena sulitnya memilah berbagai jenis plastik yang digunakan dan tak sebandingnya biaya daur ulang dengan harga jualnya, sehingga hampir semua kantong plastik menjadi sampah. Pemulung saja tidak ingin mengambil sampah kantong plastik!
Selain asap hasil pembakaran sampah ataupun asap hasil dari proses pembuatan plastik, asap dari hasil pembakaran bahan bakar fosil juga menjadi faktor yang penting dalam pemanasan global. Bahan bakar minyak banyak digunakan untuk kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor, mengonsumsi bahan bakar sebanyak 7,8 liter per 100 km dan menempuh jarak 16 ribu km, maka setiap tahunnya akan mengemisikan 3 ton karbondioksida ke udara! Bayangkan jika jumlah kendaraan bermotor di Jakarta lebih dari 4 juta kendaraan! Berapa ton karbondioksida yang masuk ke atmosfer per tahun?
Dari data diatas sudah terbukti bahwa bahan bakar fosil sangatlah tidak ekonomis dibandingkan dengan menggunakan sepeda atau berjalan kaki, karena dengan berjalan kaki atau menggunakan sepeda, kita sama sekali tidak menggunakan bahan bakar fosil yang harus dibeli dengan harga yang mahal. Selain itu, dengan berjalan kaki atau bersepeda, sangat menguntungkan. Bagi dompet kita, tentunya akan terjaga ketebalannya. Bagi tubuh kita, menjadi lebih bugar, dan untuk yang kelebihan berat badan, tentunya badan kita akan lebih ramping.
Berbicara tentang tubuh kita, berdiet dengan cara menjadi seorang vegetarian dan mengurangi konsumsi daging sapi, adalah cara tercepat untuk menghentikan pemanasan global. Mengejutkan, bukan?
Sektor peternakan adalah satu dari dua atau tiga penyumbang terbesar bagi krisis lingkungan yang paling serius dalam setiap skala, mulai dari lokal hingga global. Begitu yang dinyatakan dalam laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang peternakan dan lingkungan tahun 2006 lalu. Sektor peternakan telah menyumbang 9 persen racun karbon dioksida, 65 persen nitro oksida, dan 37 persen gas metana yang dihasilkan karena ulah manusia. Gas metana menghasilkan gas rumah kaca 20 kali lebih besar dan nitro oksida 296 kali lebih banyak jauh di atas karbon dioksida. Peternakan juga menimbulkan 64 persen amonia yang dihasilkan karena campur tangan manusia sehingga mengakibatkan hujan asam. (www.pemanasanglobal.net)
Itulah sebabnya mengapa kita lebih baik mengurangi atau bahkan berhenti makan daging dan beralih ke gaya hidup yang lebih hijau. Selain itu, ada cara lain tidak sama sulitnya dengan berdiet ataupun bersepeda. Yaitu, dengan cara menanam tumbuhan atau pohon di lingkungan sekitar kita. Hal itu sangat menyenangkan, karena dalam sela kepenatan, otak kita harus refreshing. Dengan melihat atau menanam –dipelihara lebih baik tentunya –hehijauan, itu dapat meringankan penat dalam otak.
Satu hal lain yang sangat penting disamping beberapa hal yang dapat Anda lakukan di atas adalah keinginan dan motivasi Anda sendiri untuk berubah. Saran-saran di atas tidak akan berarti jika hanya menjadi bahan bacaan tanpa tindakan yang nyata. Kita harus benar-benar mulai mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. Anda tidak perlu mengambil langkah ekstrim untuk langsung berubah hanya dalam semalam bila hal tersebut terlalu berat bagi Anda. Lakukanlah secara bertahap tetapi konsisten dengan komitmen Anda Jadilah contoh nyata bagi lingkungan dan orang-orang di sekitar Anda. Contoh dan praktek yang Anda berikan sangat penting untuk menginspirasi banyak orang lainnya untuk berubah pula. Berikanlah informasi kepada orang-orang disekitar Anda sehingga mereka dapat mengerti mengenai konsekuensi dari pola hidup mereka. Dan berilah mereka dorongan untuk mencoba pola hidup mulia yang akan menyelamatkan planet kita tercinta ini.
Sadarilah bahwa semua ini adalah tanda-tanda yang menunjukan planet yang kita tempati ini sedang mengalami proses kerusakan yang menuju kehancuran! Hal ini terkait langsung dengan isu global yang semakin marak diperbincangkan oleh masyarakat dunia, yaitu global warming (pemanasan global).
Secara singkat, global warming adalah proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut dan daratan bumi.
Tahukah anda bahwa gas rumah kacalah yang bertanggung jawab atas pemanasan yang terjadi di bumi kita. Contoh dari gas rumah kaca tersebut adalah Karbon Dioksida (CO2), Metana (CH4), Nitrogen Oksida (NO), Clouro Flouro Carbon (CFC), Hidro Flouro Carbon (HFC), Dinitro Oksida (N2o), Perluoroukarbon (PFC) dan Sulfur Heksaflourida (SF6). Gas rumah kaca banyak dihasilkan dari peternakan, pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor, pabrik-pabrik modern, serta pembangkit listik. dan manusialah kontributor terbesar dari terciptanya gas rumah kaca tersebut.
Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali dan tanpa disadari kita sering melakukan kecerobohan ataupun kebiasaan yang sangat berdampak terhadap pemanasan global. Contohnya, kita sering membuka pintu lemari es dalam waktu yang cukup lama. Seharusnya kita menyadari sedari dulu bahwa setiap menitnya kita membuka pintu lemari es, dibutuhkan waktu 3 menit dengan energi penuh untuk mengembalikan suhu lemari es ke suhu yang diinginkan. Bukankah energi yang digunakan cukup besar sehingga membuat pembangkit listrik bekerja lebih.
Di kasus yang kedua adalah, kita sudah terbiasa menggunakan kantong plastik atau disebut juga dengan keresek. Kantong plastik itu tergolong “barang sekali pakai” sehingga memperbanyak sampah. Kalau anda belanja bulanan di supermarket, sekali belanja anda akan memakai paling tidak 4 kantong plastik dalam berbagai ukuran. Jakarta menghasilkan sekitar 6.000 ton sampah setiap hari, yang lebih dari setengahnya adalah sampak non-organik terutama plastik dan kertas. Bayangkan seluas apa lahan yang digunakan hanya untuk Sampah kantong plastik yang dibuang di Jakarta dalam jangka waktu satu tahun? Tidak kurang dari 2600 lapangan sepakbola mampu ditutupi oleh sampah kantong plastik tersebut. Lebih dari 60 juta ton bahan plastik diproduksi setiap tahun di seluruh dunia, terutama menjadi kantong plastik. Dan untuk memproduksi 1 ton plastik digunakan 11 barel minyak tanah. Satu lagi yang tidak kita sadari bahwa dalam proses produksinya, kantong plastik menghasilkan emisi gas rumah kaca yang sangat besar.
Untuk mengatasi masalah sampah plastik, seringkali kita menyapu bersih sampah tersebut, dan membakarnya. Walaupun lingkungan kita terlihat indah tanpa sampah, usahakan sampah tersebut jangan sampai dibakar, karena asap yang dihasilkan dari membakar sampah dapat menyebabkan efek rumah kaca. Jadi, lebih baik kita mendaur ulang sampah tersebut menjadi barang yang lebih berguna. Masalah yang kita hadapi selanjutnya adalah, hanya 1% kantong plastik bekas yang dapat didaur ulang, terutama karena sulitnya memilah berbagai jenis plastik yang digunakan dan tak sebandingnya biaya daur ulang dengan harga jualnya, sehingga hampir semua kantong plastik menjadi sampah. Pemulung saja tidak ingin mengambil sampah kantong plastik!
Selain asap hasil pembakaran sampah ataupun asap hasil dari proses pembuatan plastik, asap dari hasil pembakaran bahan bakar fosil juga menjadi faktor yang penting dalam pemanasan global. Bahan bakar minyak banyak digunakan untuk kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor, mengonsumsi bahan bakar sebanyak 7,8 liter per 100 km dan menempuh jarak 16 ribu km, maka setiap tahunnya akan mengemisikan 3 ton karbondioksida ke udara! Bayangkan jika jumlah kendaraan bermotor di Jakarta lebih dari 4 juta kendaraan! Berapa ton karbondioksida yang masuk ke atmosfer per tahun?
Dari data diatas sudah terbukti bahwa bahan bakar fosil sangatlah tidak ekonomis dibandingkan dengan menggunakan sepeda atau berjalan kaki, karena dengan berjalan kaki atau menggunakan sepeda, kita sama sekali tidak menggunakan bahan bakar fosil yang harus dibeli dengan harga yang mahal. Selain itu, dengan berjalan kaki atau bersepeda, sangat menguntungkan. Bagi dompet kita, tentunya akan terjaga ketebalannya. Bagi tubuh kita, menjadi lebih bugar, dan untuk yang kelebihan berat badan, tentunya badan kita akan lebih ramping.
Berbicara tentang tubuh kita, berdiet dengan cara menjadi seorang vegetarian dan mengurangi konsumsi daging sapi, adalah cara tercepat untuk menghentikan pemanasan global. Mengejutkan, bukan?
Sektor peternakan adalah satu dari dua atau tiga penyumbang terbesar bagi krisis lingkungan yang paling serius dalam setiap skala, mulai dari lokal hingga global. Begitu yang dinyatakan dalam laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang peternakan dan lingkungan tahun 2006 lalu. Sektor peternakan telah menyumbang 9 persen racun karbon dioksida, 65 persen nitro oksida, dan 37 persen gas metana yang dihasilkan karena ulah manusia. Gas metana menghasilkan gas rumah kaca 20 kali lebih besar dan nitro oksida 296 kali lebih banyak jauh di atas karbon dioksida. Peternakan juga menimbulkan 64 persen amonia yang dihasilkan karena campur tangan manusia sehingga mengakibatkan hujan asam. (www.pemanasanglobal.net)
Itulah sebabnya mengapa kita lebih baik mengurangi atau bahkan berhenti makan daging dan beralih ke gaya hidup yang lebih hijau. Selain itu, ada cara lain tidak sama sulitnya dengan berdiet ataupun bersepeda. Yaitu, dengan cara menanam tumbuhan atau pohon di lingkungan sekitar kita. Hal itu sangat menyenangkan, karena dalam sela kepenatan, otak kita harus refreshing. Dengan melihat atau menanam –dipelihara lebih baik tentunya –hehijauan, itu dapat meringankan penat dalam otak.
Satu hal lain yang sangat penting disamping beberapa hal yang dapat Anda lakukan di atas adalah keinginan dan motivasi Anda sendiri untuk berubah. Saran-saran di atas tidak akan berarti jika hanya menjadi bahan bacaan tanpa tindakan yang nyata. Kita harus benar-benar mulai mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. Anda tidak perlu mengambil langkah ekstrim untuk langsung berubah hanya dalam semalam bila hal tersebut terlalu berat bagi Anda. Lakukanlah secara bertahap tetapi konsisten dengan komitmen Anda Jadilah contoh nyata bagi lingkungan dan orang-orang di sekitar Anda. Contoh dan praktek yang Anda berikan sangat penting untuk menginspirasi banyak orang lainnya untuk berubah pula. Berikanlah informasi kepada orang-orang disekitar Anda sehingga mereka dapat mengerti mengenai konsekuensi dari pola hidup mereka. Dan berilah mereka dorongan untuk mencoba pola hidup mulia yang akan menyelamatkan planet kita tercinta ini.
Comments
Post a Comment