Multiple Intellegences
Kecerdasan merupakan salah satu faktor utama yang menentukan sukses gagalnya peserta didik belajar di sekolah. Peserta didik yang mempunyai taraf kecerdasan rendah atau dibawah normal sukar diharapkan berprestasi tinggi. Tetapi tidak ada jaminan bahwa dengan taraf kecerdasan tinggi seseorang secara otomatis akan sukses belajar di sekolah.
Menurut Howard Gardner, kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan suatu masalah; kemampuan untuk menciptakan masalah baru untuk dipecahkan; kemampuan untuk menciptakan atau menawarkan suatu pelayanan yang berharga dalam suatu kebudayaan masyarakat.
Menurut Ensiklopedi bebas berbahasa indonesia wikipedia, kecerdasan ialah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan menalar, mencakanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar. Kecerdasan erat kaitannya dengan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh individu. Kecerdasan dapat diukur dengan menggunakan alat psikometri yang biasa disebut sebagai test IQ.
Kecerdasan dapat didefinisikan sebagai tindakan atau pemikiran yang bertujuan dan adaptif. (Stenberg & Slater: 1982)
Hampir delapan puluh tahun setelah dikembangkannya tes psikologi untuk yang pertama kalinya, psikolog Harvard, Howard Gardner mempersoalkan pengertian pengertian kecerdasan. Dia mengatakan bahwa penafsiran kecerdasan di kebudayaan kita terlalu sempit. Sebagai gantinya, dalam bukunya Frames of Mind (Gardner, 1983) dia mengemukakan sekurang-kurangnya ada tujuh kecerdasan dasar. Belum lama berselang, dia menambahkan kecerdasan yang kedelapan dan membahas kemungkinan adanya kecerdasan yang kesembilan (Gardner, 1999). Dengan teori kecerdasan majemuk, Gardner berusaha memperluas lingkup potensi manusia melampaui batas nilai IQ. Dengan serius dia mempertanyakan keabsahan penilaian kecerdasan individu melalui tes-tes yang dilakukan di luar lingkungan belajar alamiah dan yang dilakukan dengan meminta seseorang melakukan tindakan terisolasi yang belum pernah ia lakukan sebelumnya – dan mungkin, tidak akan pernah ia lakukan lagi. Sebagai gantinya, Gardner menyatakan bahwa kecerdasan lebih berkaitan dengan kapasitas (1) memecahkan masalah (2) menciptakan produk di lingkungan yang kondusif dan alamiah.
Delapan Kecerdasan Dasar
Apabila Perspektif yang lebih luas dan lebih pragmatis ini diterima, konsep kecerdasan tidak lagi menjadi sekadar mitos, tetapi manjadi konsep fungsional yang dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari dengan beragam cara. Gardner memetakan lingkup kemampuan manusia yang lebih luas menjadi delapan kategori yang komprehensif atau delapan “kecerdasan dasar”.
Kecerdasan Linguistik. Kemampuan menggunakan kata secara efektif, baik secara lisan (misalnya, pendongeng, orator, atau politisi) maupun tertulis (misalnya, sastrawan, penulis, drama, editor, wartawan). Kecerdasan ini meliputi kemampuan memanipulasi tata bahasa atau struktur bahasa, fonologi atau bunyi bahasa, semantik atau makna bahasa, dimensi pragmatik atau penggunaan praktis bahasa. Penggunaan bahasa ini antara lain mencakup retorika (penggunaan bahasa untuk memengaruhi orang lain melakukan tindakan tertentu), mnemonik/ hafalan (penggunaan bahasa untuk mengingat informasi), dan metabahasa (penggunaan bahasa untuk membahas bahasa itu sendiri).
Kecerdasan Matematis-Logis. Kemampuan menggunakan angka dengan baik (misalnya, ahli matematika, akuntan pajak, ahli statistik) dan melakukan penalaran yang benar (misalnya, sebagai ilmuwan, pemrogram komputer, atau ahli logika). Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada pola hubungan logis, pernyataan dan dalil (jika-maka, sebab-akibat), fungsi logis dan abstraksi-abstraksi lain. Proses yang digunakan dalam kecerdasan matematis logis ini antara lain: kategorisasi, klasifikasi, pengambilan kesimpulan, generalisasi, penghitungan, dan pengujian hipotesis.
Kecerdasan Spasial. Kemampuan mempersepsi dunia spasial-visual secara akrat (misalnya, sebagai pemburu, pramuka, pemandu) dan mentransformasikan persepsi dunia spasial-visual tersbut (dekorator interior, arsitek ,seniman atau penemu). Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada warna, garis, bentuk, ruang, dan hubungan antarunsur tersebut. Kecerdasan ini meliputi kemampuan membayangkan, mempresentasikan ide secara visual atau spasial, mengorientasikan diri secara tepat dalam matriks spasial.
Kecerdasan Kintestetis-Jasmani. Keahlian menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaan (misalnya, sebagai aktor, pemain pantomim, atlet, atau penari) dan keterampilan menggunakan tangan untuk menciptakan atau mengubah sesuatu (misalnya, sebagai pengrajin, pematung, ahli mekanik, dokter bedah). Kecerdasan ini meliputi kemampuan-kemampuan fisik yang spesifik, seperti koordinasi, sekeimbangan, keterampilan, kekuatan, kelenturan, dan kecepatan maupun kemampuan menerima rangsangan (proprioceptive) dan hal yang berkaitan dengan sentuhan (tactile & haptic).
Kecerdasan Musikal. Kemampuan menangani bentuk-bentuk musikal, dengan cara mempersepsi (misalnya, sebagai penikmat musik), membedakan (misalnya, sebagai kritikus musik), mengubah (misalnya, komposer), dan mengekspresikan (misalnya, penyanyi). Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada irama, pola titinada atau melodi, dan warna nada atau warna suatu lagu. Orang dapat memiliki pemahaman musik figural atau “atas-bawah” (global, intuitif), pemahaman formal atau “bawah-atas” (analitis teknis), atau keduanya.
Kecerdasan Interpersonal. Kemampuan memersepsi dan membedakan suasana hati, maksud, motivasi, serta perasaan orang lain. Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap ekspresi wajah, suara, gerak-isyarat; kemampuan membedakan berbagai macam tanda interpersonal; dan kemampuan menanggapi secara efektif tanda tersebut dengan tindakan pragmatis tertentu (misalnya, memengaruhi sekelompok orang untuk melakukan tindakan tertentu).
Kecerdasan Intrapersonal. Kemampuan memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut. Kecerdasan ini meliputi kemampuan memahami diri sendiri yang akurat (kekuatan dan keterbatasan diri); kesadaran akan suasana hati, maksud, motivasi, temperamen, dan keinginan serta kemampuan berdisiplin diri, memahami dan menghargai diri sendiri.
Kecerdasan Naturalis. Keahlian mengenali dan mengategorikan spesies –flora dan fauna –di lingkungan sekitar. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada fenomena alam lainnya (misalnya, formasi awan dan gunung-gunung) dan bagi mereka yang dibesarkan di lingkungan perkotaan kemampuan membedakan benda tak hidup, seperti mobil, sepatu karet, dan sampul kaset CD.
Menurut Howard Gardner, kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan suatu masalah; kemampuan untuk menciptakan masalah baru untuk dipecahkan; kemampuan untuk menciptakan atau menawarkan suatu pelayanan yang berharga dalam suatu kebudayaan masyarakat.
Menurut Ensiklopedi bebas berbahasa indonesia wikipedia, kecerdasan ialah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan menalar, mencakanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar. Kecerdasan erat kaitannya dengan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh individu. Kecerdasan dapat diukur dengan menggunakan alat psikometri yang biasa disebut sebagai test IQ.
Kecerdasan dapat didefinisikan sebagai tindakan atau pemikiran yang bertujuan dan adaptif. (Stenberg & Slater: 1982)
Hampir delapan puluh tahun setelah dikembangkannya tes psikologi untuk yang pertama kalinya, psikolog Harvard, Howard Gardner mempersoalkan pengertian pengertian kecerdasan. Dia mengatakan bahwa penafsiran kecerdasan di kebudayaan kita terlalu sempit. Sebagai gantinya, dalam bukunya Frames of Mind (Gardner, 1983) dia mengemukakan sekurang-kurangnya ada tujuh kecerdasan dasar. Belum lama berselang, dia menambahkan kecerdasan yang kedelapan dan membahas kemungkinan adanya kecerdasan yang kesembilan (Gardner, 1999). Dengan teori kecerdasan majemuk, Gardner berusaha memperluas lingkup potensi manusia melampaui batas nilai IQ. Dengan serius dia mempertanyakan keabsahan penilaian kecerdasan individu melalui tes-tes yang dilakukan di luar lingkungan belajar alamiah dan yang dilakukan dengan meminta seseorang melakukan tindakan terisolasi yang belum pernah ia lakukan sebelumnya – dan mungkin, tidak akan pernah ia lakukan lagi. Sebagai gantinya, Gardner menyatakan bahwa kecerdasan lebih berkaitan dengan kapasitas (1) memecahkan masalah (2) menciptakan produk di lingkungan yang kondusif dan alamiah.
Delapan Kecerdasan Dasar
Apabila Perspektif yang lebih luas dan lebih pragmatis ini diterima, konsep kecerdasan tidak lagi menjadi sekadar mitos, tetapi manjadi konsep fungsional yang dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari dengan beragam cara. Gardner memetakan lingkup kemampuan manusia yang lebih luas menjadi delapan kategori yang komprehensif atau delapan “kecerdasan dasar”.
Kecerdasan Linguistik. Kemampuan menggunakan kata secara efektif, baik secara lisan (misalnya, pendongeng, orator, atau politisi) maupun tertulis (misalnya, sastrawan, penulis, drama, editor, wartawan). Kecerdasan ini meliputi kemampuan memanipulasi tata bahasa atau struktur bahasa, fonologi atau bunyi bahasa, semantik atau makna bahasa, dimensi pragmatik atau penggunaan praktis bahasa. Penggunaan bahasa ini antara lain mencakup retorika (penggunaan bahasa untuk memengaruhi orang lain melakukan tindakan tertentu), mnemonik/ hafalan (penggunaan bahasa untuk mengingat informasi), dan metabahasa (penggunaan bahasa untuk membahas bahasa itu sendiri).
Kecerdasan Matematis-Logis. Kemampuan menggunakan angka dengan baik (misalnya, ahli matematika, akuntan pajak, ahli statistik) dan melakukan penalaran yang benar (misalnya, sebagai ilmuwan, pemrogram komputer, atau ahli logika). Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada pola hubungan logis, pernyataan dan dalil (jika-maka, sebab-akibat), fungsi logis dan abstraksi-abstraksi lain. Proses yang digunakan dalam kecerdasan matematis logis ini antara lain: kategorisasi, klasifikasi, pengambilan kesimpulan, generalisasi, penghitungan, dan pengujian hipotesis.
Kecerdasan Spasial. Kemampuan mempersepsi dunia spasial-visual secara akrat (misalnya, sebagai pemburu, pramuka, pemandu) dan mentransformasikan persepsi dunia spasial-visual tersbut (dekorator interior, arsitek ,seniman atau penemu). Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada warna, garis, bentuk, ruang, dan hubungan antarunsur tersebut. Kecerdasan ini meliputi kemampuan membayangkan, mempresentasikan ide secara visual atau spasial, mengorientasikan diri secara tepat dalam matriks spasial.
Kecerdasan Kintestetis-Jasmani. Keahlian menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaan (misalnya, sebagai aktor, pemain pantomim, atlet, atau penari) dan keterampilan menggunakan tangan untuk menciptakan atau mengubah sesuatu (misalnya, sebagai pengrajin, pematung, ahli mekanik, dokter bedah). Kecerdasan ini meliputi kemampuan-kemampuan fisik yang spesifik, seperti koordinasi, sekeimbangan, keterampilan, kekuatan, kelenturan, dan kecepatan maupun kemampuan menerima rangsangan (proprioceptive) dan hal yang berkaitan dengan sentuhan (tactile & haptic).
Kecerdasan Musikal. Kemampuan menangani bentuk-bentuk musikal, dengan cara mempersepsi (misalnya, sebagai penikmat musik), membedakan (misalnya, sebagai kritikus musik), mengubah (misalnya, komposer), dan mengekspresikan (misalnya, penyanyi). Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada irama, pola titinada atau melodi, dan warna nada atau warna suatu lagu. Orang dapat memiliki pemahaman musik figural atau “atas-bawah” (global, intuitif), pemahaman formal atau “bawah-atas” (analitis teknis), atau keduanya.
Kecerdasan Interpersonal. Kemampuan memersepsi dan membedakan suasana hati, maksud, motivasi, serta perasaan orang lain. Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap ekspresi wajah, suara, gerak-isyarat; kemampuan membedakan berbagai macam tanda interpersonal; dan kemampuan menanggapi secara efektif tanda tersebut dengan tindakan pragmatis tertentu (misalnya, memengaruhi sekelompok orang untuk melakukan tindakan tertentu).
Kecerdasan Intrapersonal. Kemampuan memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut. Kecerdasan ini meliputi kemampuan memahami diri sendiri yang akurat (kekuatan dan keterbatasan diri); kesadaran akan suasana hati, maksud, motivasi, temperamen, dan keinginan serta kemampuan berdisiplin diri, memahami dan menghargai diri sendiri.
Kecerdasan Naturalis. Keahlian mengenali dan mengategorikan spesies –flora dan fauna –di lingkungan sekitar. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada fenomena alam lainnya (misalnya, formasi awan dan gunung-gunung) dan bagi mereka yang dibesarkan di lingkungan perkotaan kemampuan membedakan benda tak hidup, seperti mobil, sepatu karet, dan sampul kaset CD.
Comments
Post a Comment