Guru Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Ternyata kalimat yang sudah menjadi sebuah Trade Mark di Indonesia ini, kini kembali menjadi sebuah pertanyaan bagi saya, karena adanya sebuah percakapan tentang pekerjaan (gak bagus banget deh kalimatnya). Oleh karena itu saya menanyakan hal itu kepada kerabat dan keluarga.
“Mengapa guru disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa?! Apa sebenarnya maksud dari hal tersebut, bukankah guru mendapatkan gaji untuk tanda jasa mereka.”Itu adalah argumen pertama saya. Lalu saya menanyakannya kepada kerabat saya.
Dia menjawab “guru itu mendapatkan gaji, tapi gajinya kecil, dan nggak sebanding dengan besar jasa yang udah dia berikan kepada murid-muridnya, karena saking kecilnya, gaji guru itu dianggap nggak ada.” Lalu akupun lanjut bertanya.
“jadi seharusnya gaji guru itu berapa?”
“minimal 25 jt/kata”
“wuidih.. kalo gitu sih raja minyak juga kalah... wkwkwkwkwkwk”
Well, aku setuju dengan jawabannya. Lalu selanjutnya aku mulai bertanya kepada ibuku yang masih seorang guru juga.
Beliau menjawab, “gaji bukanlah sebuah tanda jasa”
“lalu, tanda jasa itu sendiri apa?”
“seperti halnya TNI atau POLISI, hampir setiap jasa yang mereka lakukan yang membawa kebaikan, menerima sebuah tanda jasa seperti medali, bintang, ataupun pangkat”
Well, semua itu sudah cukup untuk mengembalikan otakku kedalam wadahnya. Berikut itu benar sekali (menurutku). Bukankah guru itu dulunya pernah mengajari seorang presiden, perdana mentri, pengusaha besar?! Tapi, apa yang telah mereka lakukan untuk guru? Rupanya hanya sedikit siswanya yang mau memberikan tanda terima kasih atas jasa kepada gurunya. Dan itupun hanya orang kecil, dan muridnya yang sudah menjadi guru (menurutku). Sangat ironis.
Dan kita, sebagai siswa... apa yang akan kita lakukan untuk berterima kasih atas jasa guru-guru yang telah diberikan kepada kita?
Seorang guru agama menjawab (kurang lebih gini) “cukup dengan mendoakan kebaikan untuk guru-guru. Cukup dengan itu, saya sebagai seorang guru, artinya sudah berhasih mendidik kalian menjadi sebuah tunas bangsa yang berbudi luhur unggul mandiri (motto sekolah kami).
Dan, begitulah sebuah corat-coret (bukan iseng belaka) dari saya. Semoga saja bisa mengubah cara pandang anda terhadap seorang guru. Dan saya mohon dengan sangat, agar anda mau menghormati seorang guru bagaimanapun guru tersebut sangat menyebalkan.
Akhirul kata, hormatilah Guru.

Comments

Popular posts from this blog

WARJOK : great place to remember

pengalaman ke Giggle Box jatinangor

Sumedang Larang