umat yang tumpul, lemah dan primitif? munkin itu kita
sebelum
bulan ramadhan ini, ada-ada saja berita media bermunculan. nyeleneh.
udah denger
al-quran langgam jawa? itu berita heboh waktu maulid nabi di istana merdeka
kemarin. sebenernya udah dari dulu kan? orang-orang mulai mengkritisi, memuji,
menkecam, dan mendukung hal itu. bahkan seorang pendeta mengatakan kalau beliau
tersentuh dan terenyuh ketika mendengarkan alquran langgam jawa itu. kalau aku
orang jawa mungkin aku seneng-seneng aja. untungnya aku memang orang jawa
(barat). disebut seneng sih nggak, tapi senyum-senyum aja.
entengnya
aku bilang, "ya, nggak apa-apa. asal tajwid sama makhorijul hurufnya
bener." dan aku bilang gitu tanpa mengecek ulang apa bacaan bapaknya udah
bener atau belum. waktu aku play lagi videonya.
hahaha,
entahlah. mungkin aku sadar diri kalau ngaji tajwid aku juga suka nggak bener.
terus itu surat apa ya, ayat berapa ya, duh, ko suaranya nggak jelas. haha.
haha.
aku tahu hal
itu nggak layak kita tertawakan. itu hal serius. aku pikir ucapanku
yang "ya, nggak apa-apa. asal tajwid sama makhorijul hurufnya
bener." itu ucapan selemah-lemahnya umat. aku mengakui, ucapanku seperti
itu, karena aku sadar diri. aku bukan anak pengajian, bukan santri. aaah, aku
bukan ahli. masa mau koar-koar soal itu. aku kan belum paham bener soal
agama. nanti aku jadi tong kosong nyaring bunyinya. mungkin kamu juga kaya
gitu?
“Barang siapa di antara kalian melihat suatu kemungkaran hendaklah ia
mengubah dengan tangannya; jika tidak mampu, maka dengan lisannya; jika ia
masih tidak mampu, maka dengan hatinya dan itu adalah selemah-lemahnya iman.”(HR. Muslim)
aih
dipikir-pikir, aku bahkan nggak bersikap apa-apa. jangan-jangan imanku lebih
lemah dari yang disebut selemah-lemahnya.
baru-baru
ini, muncul lagi statement kalau mengajari anak mengaji dan sholat adalah
bentuk radikalisasi. uh heboh semua. kalimat itu diungkapkan oleh prof. irfan,
ketua bnpt. konon katanya beliau juga yang mengusulkan pemblokiran/penutupan
situs-situs islam, atau yang mengatasnamakan islam yang dicurigai menyebarkan
paham radikalisme.
sikapmu soal
ini?
aku sih
lagi-lagi senyum-senyum aja. nggak paham. ya, aku nggak paham kenapa dia bisa
mikir seperti itu. konon katanya radikal, radikalisasi, dan radikalisme itu berbeda .
yang dilarang itu radikalisme katanya. orang-orang yang menganut
radikalisme adalah teroris bagi negara. mereka yang ingin menegakkan khilafah, mengganti
demokrasi dan ideologi di indonesia. gitu.
melihat
media di indonesia yang gonjang-ganjing penuh dengan hasutan dan adu domba,
kita harus ingat ayat yang satu ini:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ
بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى
مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, jika
datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti
agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui
keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. Al Hujurat: 6).
duh, beratnya menjadi teliti
terhadap berita. apalagi kalau harus tahu, siapa sih pemilik situs ini,
bagaimana latar belakangnya, siapa yang nulis berita. anak mana? anak siapa?
sekolah dimana dia? sehari-harinya gimana? ikutan organisasi apa dia? apa harus
sebegitunya juga ya, kita meneliti berita apakah beritanya valid, dan layak
share. sebegitunya? tentu harus sebegitunya sebenernya. meneliti berita itu
perintah Allah juga. cmiw.
terus yang nyeletuk lagi nih, saat
mentri agama juga berkicau. tentang yang berpuasa harus menghormati yang tidak
berpuasa. widiw, kepikiran olehku media-media mulai adu domba, bikin judul
berita yang menarik dibuka. padahal isinya aku yakin, sampah spoiler semua.
jujur, saya sedih sama mentri agama
(pak lukman hakim). bisa-bisanya bawa masalah umat yang sensitif dalam kurang
dari 140 karakter. harusnya beliau sadar. hal itu bisa menimbulkan fitnah, dan
disintergasi. (maaf, terkecuali kalau beliau memang bertujuan begitu, hii
serem).
yang punya warung nasi juga pasti
menghormati yang berpuasa, yang tidak berpuasa menghormati yang berpuasa, yang
berpuasa juga menghormati yang tidak berpuasa. intinya saling menghormati tanpa
menitik beratkan sebenernya siapa yang harus diberi hormat.
mulut media emang kejam! Hikshiks
berbeda lagi dengan pendapat tere liye. beliau tidak
mengkhawatirkan dirinya dipandang rendah karena menolak keras pendapat pak
menteri. tapi beliau lebih mengkhawatirkan kebijakan-kebijakan mendatang
menjadi tidak pro-islam. salah satunya seperti pelarangan azan magrib
menggunakan pengeras suara karena untuk menghormati mereka yang tidak shalat.
begitu.
belum lagi soal Jemaat islam nusantara... yang yah, nyeleneh
juga. rasis. suka nyampur-nyampurin agama sama budaya. padahal jelas dua-duanya
beda. palingan paham neo-liberal yang pakai topeng nusantara. padahal udah jelas
ayatnya:
"Dan apabila dikatakan kepada
mereka, “Ikutilah apa yang telah diturunkan oleh Allah”, mereka menjawab,
“(Tidak)! Tetapi, kami hanya mengikuti apa yang telah kami temukan dari
(perbuatan-perbuatan) nenek moyang kami.” (Apakah mereka akan mengikuti juga)
meskipun nenek moyang mereka itu tidak memahami suatu apa pun dan tidak
mendapat petunjuk?” (Qs.
Al-Baqarah [2]:170)
umat yang lemah, itu kita. pikiran kita lemah. mudah dihasut media.
umat yang tumpul itu kita. menjadi
tumpul karena menelan topeng toleransi, pluralisme bulat-bulat.
umat yang primitif itu kita. menjadi
primitif jika tidak punya visi, misi untuk umat.
menyoal visi, menurutku, ada ramalan
yang lebih mones dari jayabaya. gambaran tentang masa depan yang pasti terjadi
sudah dikisahkan dalam al-quran. tentang cobaan-cobaan umat yang saat ini
sedang dihadapi contohnya.
وَدَّ
كَثِيرٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُمْ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِكُمْ
كُفَّارًا حَسَدًا مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِهِمْ
"Sebahagian
besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada
kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka
sendiri." (QS. Al-Baqarah: 109)
وَلَنْ
تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ
"Orang-orang
Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama
mereka." (QS. Al-Baqarah: 120)
وَلَا
يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّى يَرُدُّوكُمْ عَنْ دِينِكُمْ إِنِ
اسْتَطَاعُوا
"Mereka
tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu
dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup." (QS.
Al-Baqarah: 217)
dan ayat ini:
وَقَاتِلُوا
الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً
"Dan
perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu
semuanya." (QS. Al-Taubah: 36)
وَقَاتِلُوا
فِي سَبِيلِ اللَّهِ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوا إِنَّ اللَّهَ
لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ
"Dan
perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah
kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas." (QS. Al-Baqarah: 190)
soal
berperang seperti apa? jelas kita berperang sebagaimana mereka memerangi kita.
jika mereka memerangi kita dengan teknologi, hendaknya kita juga ikut bersaing
di bagian teknologi. bukan jadi konsumen mereka. (bisa nggak ya?
>,<), kalau mereka memerangi kita dengan media kita lawan dengan
media juga. kalau mereka 'memerangi' atau melemahkan kita dengan monopoli
sumber daya energi, kita lawan dengan energi alternatif lagi.
itu namanya dakwah, kupikir. atau jihad... sebagai umat, kita dituntut memiliki visi dan menjadi cerdik cendikia. dakwah kita berupa karya nyata, bukan karya kata belaka. jadi contoh dan panutan. jadi ulama, orang yang berilmu, ilmu agama, ilmu sains, ilmu terapan --> ulama
maka berpikirlah, mengapa Rasulullah disaat-saat sebelum maut menjemputnya, beliau memanggil-mangil kita, mengkhawatirkan kita. sebenarnya apa yang sedang terjadi dengan kita?
seperti dalam filosofi naga paksi. seorang pemimpin haruslah memiliki pandangan di atas horizon seperti elang, bisa melihat dari ketinggian. menjadi seorang yang visioner dan mampu memprediksi masa depan.
memprediksi masa depan di sini maksudnya beda dengan meramal ya. di sini mungkin aku cuma ingin mengingatkan bahwa tidak ada yg menyukai kebangkitan islam. 'mereka' berkonspirasi untuk melemahkan islam. dengan berbagai cara. dengan cara apapun. baik secara terang terangan. maupun secara subliminal.
agenda penghancuran islam. lewat wanita-wanitanya. lewat pemuda-pemudanya. hingga lihatlah kita. banyak. tapi tak lain seperti buih di lautan. lemah.
. And Muhammad sallallahu alayhi wa sallam (pbuh) in an amazing hadith predicted this time. Rasul ul-Allah (The Messenger of Allah) sallallahu alayhi wa sallam (pbuh) sat with his Sahabah (Companions) and he says to them that there will come a time in this ummah (nation) where invitation will be made like how invitation is made for dinner. And he says that the example of the Muslims of that time will be the example of food. The enemies of Allah will come to dinner and the Muslims will be like food laid out on the dinner table. Why did Muhammad sallallahu alayhi wa sallam (pbuh) use the example of food? Because food does not offer resistance! Have you ever picked up a piece of chicken and the chicken fought back? Did you ever come to eat some curry and the curry wanted to punch on? It submits, it’s food. Do as you please and the food will do nothing. This is the example that Muhammad sallallahu alayhi wa sallam (pbuh) gave the ummah (nation), so this was a hard and a very bitter pill for the Sahabah (Companions) to swallow. So one Sahabah (Companion), he couldn’t hold himself. He says to him: “Ya Rasul ul-Allah, will we be so little in number that we will come to this? … already Badr (Battle of Badr) we were 313, they were 1000, victory belonged to us; the Battle of Mu’tah, we were 3000, they were 200, 000, and victory belonged to us. Oh Nabi (Prophet) of Allah, will we be so few in number?!” He says to him: “No my Sahabah (Companion), you will be millions.” In fact the example he uses is like the froth of the sea. So now the Sahaba (Companions) are amazed. How did this ummah (nation) come to this? How did we come from one month distance their hearts would tremor with our fear to the example of Rasul ul-Allah (The Messenger of Allah) you will be like food on the tray? Muhammad sallallahu alayhi wa sallam (pbuh) came with this Deen (Religion), and he came with a way and a system that if this ummah (nation) was to follow it from today until Al Qiyamah (Judgement Day), we will be successful. We will be successful in this Dunya (worldly life), we will be successful in our Qabr (graves) and we will be successful in Yawm Al Qiyamah (The Day of Judgement). The Deen (Religion) of Allah Azza wa Jal (Mighty and the Majestic) is complete.“… This day, I have perfected your religion for you, completed My Favour upon you, and have chosen for you Islâm as your religion. …” [Qur’an 5:3]
apa aku umat yang Muhammad khawatirkan selama ini?
image source
Super...
ReplyDeletesalam super, kang :V
Deletemamah curhat doong
ReplyDeletejangan curhat soal indomie :(
Delete