Zyalaneva - part 1



Aku hidup di bagian bumi di mana matahari tak bersinar. Bangsaku, adalah hasil kloning atas dasar pembangkangan terhadap tuhan. Kami hidup dalam lorong-lorong nestapa selama berabad-abad, terkubur di dalam tanah karena rapuhnya kulit kami. Inilah kami, bangsa kloningan. Berpesta dengan meminum darah manusia.

Sudah hampir satu milenium, aku tinggal di kota bawah tanah ini. Namaku Nizlaya pemberian kakek dari kakek buyutku yang saat ini masih hidup. Bangsa kami memiliki darah berwarna biru. Tidak seperti manusia. Kami bukan manusia. Tapi manusia bisa menjadi bagian dari bangsa kami, setelah melalui kematiannya.firman tuhan bahwa Setiap mahluk hidup pasti akan menghadapi kematiannya, kami tidak, jika kami ingin hidup seribu tahun lebih lama lagi, kami bisa. Tuhan menciptakan malam untuk beristirahat, tapi untuk kami, malam adalah waktu untuk beraktifitas. Itulah kami. Membangkang tuhan.
Kebiasaan meminum darah bukan hal yang aku sukai. Tiap pagi darah tersedia di meja-meja makan kami. Entah milik mahluk hidup siapa yang dikorbankan. Aku, nizlaya... satu-satunya dari bangsaku yang paling sedikit meminum darah. Kegiatanku tak banyak, hanya berkutat di perpustakaan dan membaca apapun yang bisa kutemui, selama satu milenium. Aku satu-satunya yang bisa bertahan dengan setengah gelas darah untuk 3 hari. 

Hari itu, dalam kesendirianku di blok GHY 78 perpustaan wilayah barat, aku menemukan sebuah buku ciptaan manusia, terselip antara buku-buku tebal sejarah leluhur kami. Buku bersampul biru tua itu menggunakan aksara rhimalya yang pernah aku pelajari. Aku jadi bisa mengerti isi buku itu. GEOSCH. Dalam aksara yang mulai pudar.

Berisi tentang kisah sebuah tempat. Zyalanevai. Setitik surga yang turun ke muka bumi. Surga. Adalah seharusnya tempat kami berada. Keabadian dan keindahan tertinggi. Tapi kami mengubur diri dalam perut bumi.

Zyalaneva. Matahari yang terus bersinar terang, anak-anak yang berlari riang. Muda yang tak takut mati. Semua yang tak ada di sini, ada di zyalaneva. Semakin ku balik halaman semakin hasratku tak tertahankan. Hasrat untuk hidup seperti manusia. Hasrat.  Sesuatu yang langka di bangsa kami. Kecuali hasrat meminum darah.

Kutuntaskan membaca buku itu sampai akhir, dan aku mulai menjadi gila mencari buku buatan manusia di perpustakaan. Tapi sejak buku itu terlarang bagi generasi kami. Aku tak menemukannya lagi. Hingga satu malam aku memutuskan untuk pergi. Menghilang dari tempat ini. Aku ingin melihat matahari bersinar, ingin melihat langit yang biru. Bukan lorong gelap yang bau anyir darah.

Kukemas buku geosch dalam selapis kain, lalu melesat menuju permukaan. Tak ada yang lain yang aku bawa selain buku itu, aku tidak membawa pakaian ataupun persediaan darah. Kubuat perjalananku cepat menuju permukaan sebelum seseorang menyadarinya.

Saat keluar, cahaya matahari begitu terang sehingga sekejap membutakan mataku yang selalu melihat dalam gelap. Pengelihatanku tak jauh dari putih dan bayangan kelabu. Selama beberapa minggu pengelihatanku seperti itu, disiang hari jika matahari mengenai kulitku yang pucat, maka kulitku akan menjadi radang merah yang menyakitkan, bangsa kami memang di klon secara tidak sempurna, kekurangan beberapa kekebalan terhadap sinar matahari, sehingga ini yang terjadi... teknologi terbaru kami adalah mengimplankan semacam silika dalam kulit kami yang akan timbul melindungi kulit kami dari sinar matahari denan memantulkan cahaya itu, oleh karena itu, beberapa di antara kami kulitnya akan berkilauan saat terkena matahari. Tapi pertahanan diri dengan menggunakan silika tak akan bertahan lama, akan ada sinar yang terfokuskan di permukaan kulit kami, beberapa di antara kami akan terbakar jika berlama-lama di bawah matahari.

Zyalaneva adalah 15 hari perjalanan darat, dan 30 hari perjalanan laut dari tempat ini. Pertama-tama aku akan pergi ke pelabuhan terdekat, lalu melanjutkannya dengan menumpang kapal dagang yang akan membawaku ke zyalaneva.

Ini adalah kisah perjalananku menuju zyanaleva. Melintasi beberapa negeri, menjumpai manusia yang beragam, dan tersesat dalam peperangan di sebuah padang yang luas.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

WARJOK : great place to remember

pengalaman ke Giggle Box jatinangor

Sumedang Larang