tarawangsa


Di saerah Sumedang ada satu tempat terkenal yang disebut Rancakalong. Walau namanya “Rawa Kelelawar” yang akan kita temui di sana adalah sawah, sawah, dan sawah.
Rancakalong adalah satu tempat dimana budaya dan tradisi leluhur masih berjalan seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat yang kami temui pun begitu ramah, dan lingkungan di sana masih terjaga.
Awal mulanya ada tarawangsa itu ketika kerajaan Sumedang mengalami musim paceklik sedangkan kerajaan Mataram yang lebih kecil tidak mengalaminya. Lalu beberapa orang diutus kerajaan Sumedang untuk mengamatinya. Sesepuh dari Sumedang menyuruh utusan itu bertapa di Cirebon. Ketika bertapa, tiba-tiba muncullah cahaya yang turun ke kerajaan Mataram. Cahaya itu menurunkan kidung-kidung dan 5 ikat padi. Padi itu lalu dikembangkan, dan dijaga oleh aki dan nini pangebon. Supaya tidak mengantuk, aki dan nini pangebon membuat alat musik dari bambu yang dilubangi, sehingga menghasilkan suara ketika tertiup angin. Lalu muncul juga alat musik sonari, celempung, kecapi (kecap dingimpi-ngimpi) yang bersenar 7 melambangkan hari-hari dalam 1 minggu, dan tarawangsa (nyawangkeun anu parantos karasa) yang mempunyai 2 senar.
Dari kebiasaan menghilangkan rasa kantuk itu, tarawangsa lalu dispesialisasikan untuk acara memanen padi. Apa kalian tahu? Tarawangsa ini begitu dekat dengan hal-hal magis, pasalnya ada sajen yang harus disediakan ketika acara berlangsung. Dan ada satu ruangan yang tidak boleh dimasuki. Katanya di ruangan itu ada bebegig (boneka padi) berpakaian pengantin untuk panyambatan (tempat ruh) Dewi Sri. Dan lebih menyeramkannya lagi, tarawangsa ini dilaksanakan pukul 9 malam hingga esok paginya.
Meski begitu, tarawangsa itu budaya yang awet lho! Karena pada masa kolonialisme, perkumpulan-perkumpulan warga (yang seperti tarawangsa itu) dilarang, tapi tarawangsa tetap ada sampai sekarang. Menurut sumber, tarawangsa itu diwariskan secara turun temurun dari eyang Riguna hingga bapak Sukarma (sesepuh Rancakalong).
cerita sisipan: TARAWANGSA


Pada tau ga tarawangsa teh apa? Budaya asli sumedang? atau persembahan untuk dewi Sri?

ah aku juga da sebenernyamah ga tau tarawangsa teh apa...

cuman pas lagi hunting foto ke rancakalong sekalian bikin janji wawancara buat tugas basa Sunda.. KEBENeran BANGET lohh

the first day of tarawangsa, ngasih TUMBAL embe putih tambah ayam jago banyak bnget

terus darahnya di kellilingin ke rumah, udah gitu kepalanya dipotong dan dimasukin ke sebuah lubang bersama dengan darah mereka, lalu diatasnya ditanam banbu kuning, jawer kotok, dan talas..

waaaa XP aGA mistis juga sih, terus pas kita dipersilakan masuk, ada sebuah kamar yang berhiaskan janur. kata ibu guru,, ruangan itu ngga boleh dimasukin dan isinya katanya juga adalah bebeggig berbaju pengantin wanita..

GYAAAAA....~ makin syerem

nah gambarnya yang diatas hasil bidik jarak jauh,, dan tulisannya adalah TUMBAL

emang sih tulisannnya malah menyepertii tulisan tombol.. hahaha

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

WARJOK : great place to remember

pengalaman ke Giggle Box jatinangor

Sumedang Larang