Otewe China





Udah satu semester nggak upload, dan jelas banget ‘don't break the chain’ untuk terus ngepost blog ini terputus. Selamat tahun baru 2017 dan selamat tahun baru China. Inikah postingan awal tahunku? Diakhir bulan februari? Wkwkwk.

Banyak yang terlalui, Alhamdulillah sebagai kejutan tak disangka-sangka, tahun ini aku menjalani ekstensi S1 ku di China, alasan aku nggak ngepost blog sekian lama tak lain dan tak bukan adalah karena blogspot merupakan salah satu situs yang diblok oleh the great fire wall of china.

Dan saya merasa terdodol karena ketika berada di Shenzhen samsek nggak bias buka Instagram, line, fb, dan saya pikir itu adalah karena kesalahan henpun saya yang sudah uzur. Seperti halnya yang blogger lain lakukan, aku ingin bercerita beberapa hal:

The Power of Kepepet.

Pengumuman beasiswa parsial pemerintah cina datang sebulan sebelum penutupan, alhamdulillahnya aku lolos. Dan bagaimana dalam waktu satu bulan, aku ngorbanin semalam penginapan bareng Tari untuk balik ke sumedang, aku mempersiapkan paspor yang bahkan aku nggak punya, SKCK dari polda Jabar yang bikinnya harus runut dari rt rw, desa, koramil, polsek, polres, polda. Semuanya dibantu, minta anter ceuceu ke pak rt, yang mana saya adalah buta tetangga. Diantar abah umi bikin paspor, dan visa. 

treveloka aja
Sampai ada suatu momen saat abah termenung frustasi karena harga tiket menuju china sudah lewat 10jt, dan satu-satunya yang murah adalah mengundur keberangkatanku, itupun ibukku tak sampai hati mengizinkan karena aku harus berangkat sendiri. tapi memang ya semua butuh perjuangan. Saya mah makasih banget buat yang sudah sempat membantu. Mendoakan. Menyemangati. Salam hormat dari saya.

Pertama Kali Numpak Pesawat.

Bagaimana tidak ibukku khawatir sama putri satu-satunya ini? Dia belum pernah naik pesawat, masuk bandarapun Cuma sampai ruang tunggu. Terus tiba-tiba saja sebuah tiket satu perjalanan sore itu dibeli, 3 hari sebelum keberangkatan. menuju china. Aku tak mampu menggambarkan bagaimana rasa khawatirnya. Sementara aku tak mau mengkhawatirkan apa-apa. Berkali-kali pun aku meredakan rasa khawatir ibukku “kaleeem mi, kaleeem, syelaaaw” ibukku langsung “kalem kaleem, nanti kamu dah jadi ibuk ibuk tau apa yang umi rasain!”

upload tiketnya biar ala ala
Pertama aku check in pun, aku tak berani menatap satu-satu dari mereka: umi, abah, makbul, mas hanif, uwa rus, dan uwa sri. Karena mereka adalah orang-orang terdekatku, aku bahkan tak sanggup melihat kesedihan sedikit saja di mata mereka. Buru-buru aku masuk untuk check in. aku tak banyak berfoto dengan mereka. Sudah masuk mendapat boarding pass, aku duduk dan tak banyak mikir, aku download QQ di ruang tunggu untuk menghubungi kampusku dan mengatur jadwal penjemputanku.

Ga Bisa Internetan

Karena memang serba mendadak tea yah, menghubungi kampus beberapa jam sebelum keberangkatan, lalu dikasihlah saya kontak orang yang akan menjemput. Kupikir udah nggak ada masalah dengan itu. Terus singkat cerita aku sampai di shenzen, bandara super besaaaaarrrrr, uaaapiiiiikkk banget terminal 3 aja kalah. Kebetulan ada wifi gratis, aku lalu nyoba nyambungin, wah lumayan cepet ternyata tapi nggak bisa buka instagram. Hehe. Kupikir karena hp nya uzur, tapi emang di blok sih. Yaudah deh, karena clueless… aku juga bingung gak nyambung-nyambung. Gak bisa pamer. Hiks. Line juga nggak kekirim terus. Ah, pokonya trouble deh. 

 
almarhumah


Di shenzen jalan-jalan bentar, sekaligus sarapan di mekdi, tapi lucunya pegawai mekdinya nggak bisa bahasa inggris, karena aku bingung itu daging apa, jadi aku makan mekdi yang burger telur dan dapat hadiah kacamata L keasyikan makan sampai lupa shenzen itu beda jam, ketika aku sadar ya tinggal setengah jam lagi gate nya dibuka. Tulisannya sih gate 72 tapi pas muter muter Cuma nemu sampe gate 30. Tapi ternyata gate awal itu Cuma buat pemeriksaan sekuriti, setelah tanya tanya sama semua pegawai yg ditemui. Dimana gate 72, mereka Cuma nunjuk semua gate 1-30 itu. Terus akhirnya ada yg bisa ngomong inggris. All the same katanya. Yaudah, aku masuk bebas deh. Disitu, powerbank ku di razia L untung aku dibekelin powerbank sama mas hanif wkwkwk :p setelah pemeriksaan itu terkuak lah ternyata bandara shenzen yg luas itu setelah masuk lagi masih luas lagi, sampe cape deh jalannya. Saking banyaknya gate aku nanya sama petugas. Lagi-lagi mereka nggak bisa inggris. Ternyata gate 72 itu ada di paling ujung dan di lantai bawah. Ckckck. Duduklah aku di situ. Di ruang tunggau. Ada nenek nenek, mbak-mbak, mas-mas. Dan pas mau naik bis otw pesawat, yaampun, aku ketemu lagi sama teman sebangkuku pas di pesawat tadi yang dari jakarta – shenzhen.

Dapat Kenalan Orang Baik

Akhirnya kita kenalan lah. Dia bisa bahasa inggris. Dan dia mau ke zhenzhou juga. Dia bagai malaikat penyelamatku! “Kamu gimana nanti ke kampus? Pakai apa?” Katanya kawatir. “Oh, aku udah minta dijemput dari pihak kampus”. Kataku menenangkan. “kamu boleh ikut saya dan bos saya pakai mobil, nanti kita antar!” katanya menawarkan. “terimakasih, kamu baik banget deh, tapi aku udah terlanjur pesan” kataku lagi. Lalu kita duduk di tempat terpisah di pesawat menuju zhengzhou. Sabuk pengaman sudah di ikatkan, aku duduk dan tak bisa tenang. Rasanya seperti vertigo. Aku dapat makanan enak di pewasat. Cuma nggak seenak masakan rumahku sih, jadi aku nangis sedikit “apa nanti di kampus makanannya bakalan kaya gini semua, Ya Alloh. Kokinya pasti lupa ngasih bumbu” tapi di pesawat ada pudding cingcau dan susu. Tapi aku pesen teh anget. Waktu sampai di CGO aku ngobrol lagi dengan mbaknya. Masih tentang transportasi juga. Dia agak memaksa biar aku mau doi tolongin. Terus aku bilang “tenang to mba, aku udah dikasi nomor QQ yang jemput aku ko!” kataku selaw. Tapi dia malah misuh-misuh mungkin artinya gini “sejauh ini? Kamu mung dikei nomor QQ, koe ki cah gendeng opo piye? Neng keneki raiso wifi!” tapi sebenernya aku nggak ngerti dia ngomong apa, itu Cuma imajinasiku saat ini aja. “mana liat nomornya!” kata dia, terus aku kasih hapeku. “omaygad, dear. Ini nomor hape! Beruntung sekali, mana sini tak telepon!” terus aku lihat mbaknya ngobrol cepat pakai kemampuan bahasa cinanya. Lalu aku dibantu nyari mas mas yang jemput aku. Di perjalanan di dalem mobil van yang kaya buat nyulik remaja di filem-filem drama. Aku nglangut, “ah, akupun nggak bisa bayangin gimana jadinya kalau nggak ada mbak itu” Namanya Heather, sewujud malaikat telah diutus untuk nolongin aku, yang terlalu santai buat ngurusin dirinya sendiri. Padahal menurut kabar, memang benar wifi di zhengzou airport itu Cuma bisa konek kalau kita pakai nomor cina. Kita sempat tukeran kontak, aku sempat menghubunginya setelah punya nomor cina. Ketika aku mau balas pesan dia, tiba-tiba hp ku bootlop dan terpaksa aku melakukan factory reset di hp ku, dan kontak mbak heather itu hilang… aku sebel banget di situ. Tapi kalau kita jodoh, pasti bertemu lagi. Nggak usah hawatir.

A moment before i go

mas hanif, aku, dan umi

Alhamdulillah perjalananku selamat, terimakasih untuk doa-doa yang dipanjatkan. Selama berhari-hari aku masih belum percaya bisa sampai di negeri tirai bambu. setelah sampai kampus, belum hilang pegal dan jetlag langsung jadi kuli angkut 20 Kg sampai lantai 6 dan belum rehat sampai sejam aku harus langsung class meeting. luar biasa. terimakasih semuanya

Comments

Popular posts from this blog

WARJOK : great place to remember

pengalaman ke Giggle Box jatinangor

Sumedang Larang