Posts

Showing posts from March, 2014

Isyarat

Image
bersamaku... aku akan merubah ketidakmungkinan jadi kenyataan ada berapa kemungkinan saat kamu meletakan wadah airmu dalam satu posisi lalu berdiri dengan miring seperti ini. tanpa penahan. tanpa kebetulan? mungkin 1/(360x180xn) entah... jawabku.  ini adalah isyarat tuhan.  tentang keraguanku. tentang kekhawatiranku yang belum terjadi tapi jadilah, maka jadi

Happy Birthday

Image
Selamat Ulang Tahun SOECI! rasanya sakit mengucapkan tanpa bisa kita berjumpa mengingatmu terlalu membangkitkan kenangan tentang hujan di bulan juni tentang tribun di bawah cemara tentang baso mang aja tentang masa yang tak akan kembali dan kita akan berjalan bersama melangkah ke tujuan yang semakin menjauh dari masa lalu tak ada yang perlu disesali semua ada untuk kita nikmati dan usia hanyalah angka semoga sisanya adalah keberkahan dan kasih sayang pada usia kita selamat ulang tahun sahabatku :)

ibuku

Ia tahu kapan harus terbang dan berjuang. terus memintaku untuk meraih kesempurnaan. kau harus 10. bukan 7! kau harus berada di dalamnya, bukan pelatarannya! dan semua yang memotivasiku. hingga aku mengepakan sayap yang kaku. hingga aku kelelahan dan ingin berhenti juga menangis. ia mengatakan. beristirahatlah. biarkan Tuhan yang bekerja saat ini.

Where The Poison Went?

me: "faaaaan, can we meet now? i really need to talk" ujarku ke fany, lidahku udah kelu setelah seabad gak dipake nginggris. kita beneran ketemuan di depan loby kampus dan talking-talking. terbukti banyak banget yang salah. bukan soal grammar. tapi susah banget ngomong R sama L. kaya paralel, jadi palalel.. yah pokonya jadi cadel banget. ini soal VT Schlumberger di KPFT UGM. belom ngedaftar. dan dalam kegelisahan yang tak berdasar, aku datang jam 6:45 lalu menanti sampai jam 8... sampai pendaftaran on the spot di buka. aku sempat sarapan dengan nasi kuning bungkus 2000-an setelah semalam aku belajar dalam kilat bersama tifany. tentang bagaimana describing everything, secara filosofis atau secara teknis. *kamfret* seperti what is attitude: attitude is a habbit of our spontanous act which we dont have to decide or think. yah inti nya seperti itu ya... tapi aku ngejelasinnya dengan terbata-bata dan sesekali buka kamus di hape. sampe jam 9 baru kita pulang. aku sangat bersyu

Edelweiss yang Gugur di Tapak Pendaki

Image
“KAK!” tak kusadari aku berteriak dalam mimpiku. Diselimuti panas dan keringat dingin, kucoba memejamkan mata lagi. Tapi tak kunjung terlelap. Aku mengikat rambut panjangku dan duduk di tepian ranjang, selang infus membuatku meringis ngilu saat mengikatnya. Aku baru saja selamat dari oprasi SAR di gunung . Saat hujan lebat, aku terpisah dari temanku. Ada sebotol air bersih, secangkir beras, jaket, spirtus dan lainnya yang aku bisa mengingat. Entah kuambil persimpangan mana yang tidak kumengerti, seorang gadis sedang tersesat di gunung. sore itu, kehilangan jalan setapak. Hujan... kelaparan. Aku harusnya panik. Menangis dan berlari di sana mencari kawan. Aku bisa saja mati membusuk hingga jasadku tinggal tulang belulang di sini  Kupaksakan diriku berteduh dalam cerukan batu, yang gelap dan menyeramkan. Aku harus meringkukan kakiku hingga terbungkus beku. Sore tiba-tiba menjadi gelap. Dalam mantel yang mulai mengembun. Kedinginan, kesulitan bernafas, dan kaki yang keram.

aku tak takut mati : ujarnya

saat ini aku menunggu nidal membawakan sup hangat kesukaanku. sama seperti berbulan-bulan yang lalu aku menunggunya membawakan kisah barunya... tentang kekasihnya, tentang adiknya, tentang kaki platinanya, tentang kabarnya yang kian lama kian hilang. *** di gunung-gunung, aku melihat ia terduduk di atas bebatuan dengan mata yang terbungkus fatamorgana. ia bersyukur atas kesendiriannya, dan waktu yang ia habiskan bersama alam, juga bersama Tuhan. saat itu aku masih berada jauh di persimpangan setapak di antara rumpun alang-alang ada pohon berbunga merah. "Nidal!" aku sengaja mengganggunya yang sedang termenung, ia menoleh dan tersenyum ke arahku. rambut gondrongnya yang tidak ia ikat tertiup angin sebagian menutupi senyum tulusnya. matanya kelewat sipit saat ia tersenyum. "aku haus nidaaaal!" aku berjalan merentangkan tanganku menuju nidal di atas bebatuan, angin menerpa tubuhku. ia memberikan sebotol kepadaku tanpa berkata sepatah katapun, aku duduk di sam