Posts

Showing posts from March, 2011

tarawangsa

Di saerah Sumedang ada satu tempat terkenal yang disebut Rancakalong. Walau namanya “Rawa Kelelawar” yang akan kita temui di sana adalah sawah, sawah, dan sawah. Rancakalong adalah satu tempat dimana budaya dan tradisi leluhur masih berjalan seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat yang kami temui pun begitu ramah, dan lingkungan di sana masih terjaga. Awal mulanya ada tarawangsa itu ketika kerajaan Sumedang mengalami musim paceklik sedangkan kerajaan Mataram yang lebih kecil tidak mengalaminya. Lalu beberapa orang diutus kerajaan Sumedang untuk mengamatinya. Sesepuh dari Sumedang menyuruh utusan itu bertapa di Cirebon. Ketika bertapa, tiba-tiba muncullah cahaya yang turun ke kerajaan Mataram. Cahaya itu menurunkan kidung-kidung dan 5 ikat padi. Padi itu lalu dikembangkan, dan dijaga oleh aki dan nini pangebon. Supaya tidak mengantuk, aki dan nini pangebon membuat alat musik dari bambu yang dilubangi, sehingga menghasilkan suara ketika tertiup angin. Lalu muncul juga alat musik so

muru ririwa @ rancakalong

Ini adalah kisah sang penulis ketika akan pergi mewawancarai seorang seniman desa atau sebut saja seorang dukun. Sebelum kami berangkat untuk melakukan wawancara, kami begitu bimbang, apakah kami benar-benar harus mewawancarainya atau tidak. Kata temanku yang lain kalau beliau menyuguhi kami, jangan memakannya, nanti muntah darah. Lalu tiba-tiba saja muncul imajinasi-imajinasi tentang apa yang akan terjadi di sana. Dalam bayangan kami waktu itu, petir menyambar-nyambar tanda akan muncul hujan, lalu jalanan mulai gelap. Motor terus melaju, derunya bergema di antara himpitan dua bukit. Lalu kami berhenti. Kami melihat pohon kihujan dan beringin. Dan di bawah sejoli itu, rumah tua kecil tujuan kami berdiri tegar seakan mencitrakan usia pemiliknya. “Ini rumahnya, ayo kita wawancara!” Ujarku. Lalu kami berjalan, meski ada keraguan sedikit menarik kaki kami ke belakang untuk kembali. “Apa kamu yakin?” Temanku bertanya. “Hatiku yakin, tapi rumah itu tidak meyakinkan!” Lalu tanganku terce